Semarang, 21 Desember 2024 – Dalam upaya memperkuat nilai-nilai moderasi beragama di tengah masyarakat plural, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kudus mengikuti Semiloka Penguatan Moderasi Beragama bertema “Moderasi Beragama di Tengah Masyarakat Plural” yang dilaksanakan oleh MUI Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Acara ini berlangsung selama dua hari, pada 20-21 Desember 2024, bertempat di Hotel Candi Indah, Semarang, yang dihadiri oleh perwakillan dari masing-masing MUI kabupaten/kota, termasuk Kabupaten Kudus yang diwakili oleh Drs. H. Su’udi, M.Pd.I. Acara ini bertujuan untuk mengukuhkan komitmen bersama dalam membangun moderasi beragama sebagai solusi menghadapi tantangan ekstremisme dan intoleransi, khususnya di Jawa Tengah. Dengan menghadirkan narasumber terkemuka, diskusi yang kaya wawasan, serta agenda musyawarah kerja, semiloka ini berhasil memberikan pijakan strategis bagi penguatan moderasi beragama di Indonesia.

Hari Pertama: Pembukaan dan Diskusi Panel
Hari pertama dimulai dengan rangkaian acara pembukaan yang berlangsung khidmat. Dalam sambutannya, Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Tengah, Dr. KH. Ahmad Darodji, M.Si., menegaskan bahwa penguatan moderasi beragama adalah kunci dalam menjaga keutuhan bangsa. Beliau menyebutkan bahwa konsep Islam Wasathiyah (Islam yang moderat) harus terus digalakkan untuk menjawab tantangan masyarakat yang semakin kompleks.
Setelah pembukaan, sesi diskusi panel dimulai dengan menghadirkan narasumber-narasumber kompeten. Sesi pertama mengangkat tema “Konsep Islam Wasathiyah MUI” yang disampaikan oleh Dr. KH. Ahmad Darodji, M.Si., dengan moderator Drs. H. Agus Fathudin Yusuf, M.A. Dalam paparannya, Dr. Ahmad Darodji menjelaskan bahwa Islam Wasathiyah adalah inti dari ajaran Islam yang mengedepankan prinsip keseimbangan, toleransi, dan keadilan. Ia juga menyoroti peran MUI dalam menyebarluaskan ajaran Islam moderat ke masyarakat luas.

Sesi kedua menghadirkan Prof. Dr. H. Imam Yahya, M.Ag., Ketua Rumah Moderasi UIN Walisongo, yang membawakan materi “Strategi dan Kebijakan Penguatan Moderasi Beragama di Era Disrupsi”. Dengan moderator Dr. H. Nur Fatoni, M.Ag., diskusi ini menyoroti tentang berbagai model disrupsi yang terjadi dalam masyarakat serta langkah-langkah konkret yang perlu diambil untuk membangun budaya moderasi di tingkat akar rumput, termasuk melalui peningkatan kemampuan literasi baru (data, teknologi, manusia) serta kemampuan pembelajar sepanjang hayat. Beliau juga menyampaikan pentingnya memahami strategi dalam mengembangkan ekosistem keberagaman, mengoptimalkan sinergi dan jejaring media, dan memperkuat semangat religious mentality.

Pada malam harinya, para peserta kembali disuguhkan diskusi menarik dengan tiga narasumber utama. Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah yang diwakili oleh Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Kabid PD Pontren), H. Amin Handoyo, Lc., M.Ag., menyampaikan topik “Strategi Penguatan Moderasi Beragama Menuju Indonesia Emas 2045” berdasarkan Perpres No. 58 Tahun 2023. Sementara itu, Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag., Guru Besar UIN Walisongo Semarang, membahas “Kurikulum Pendidikan Berbasis Toleransi” sebagai salah satu pendekatan strategis untuk menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini, serta peran vital pengajaran PAI dalam penguatan moderasi beragama. Diskusi dilanjutkan oleh Prof. Dr. H. Muhyar Fanani, M.Ag., Direktur Pascasarjana UIN Walisongo, yang membahas “Moderasi Beragama Masyarakat Jawa Tengah”. Ketiga narasumber memberikan perspektif yang komprehensif, mulai dari kebijakan, implementasi pendidikan, hingga tantangan moderasi beragama di tingkat lokal.

Acara diskusi panel semakin menarik dengan paparan dari Prof. Dr. H. Abu Rokhmad, M.Ag., Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Dalam paparanya bertema “Penguatan Moderasi Beragama”, beliau menyampaikan pentingnya moderasi beragama sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Moderasi beragama bukan hanya soal menjaga keseimbangan, tetapi juga membangun rasa saling memahami di tengah perbedaan,” ungkapnya. Beliau juga menekankan pentingnya sinergi antara ulama, pemerintah, dan masyarakat dalam menciptakan harmoni sosial karena Moderasi Beragama sudah tidak lagi hanya sekedar konsep dan teori, tetapi sudah sampai pada level social movement. Selain itu, beliau menjelaskan bahwa konsep moderasi beragama sejalan dengan Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo pada poin kedelapan untuk meningkatkan toleransi antarumat beragama.

Hari Kedua: Materi Kesbangpol Jawa Tengah dan Mukerda MUI
Hari kedua dimulai dengan sesi yang tak kalah penting, yakni “Penguatan Nilai-Nilai Persatuan dan Kesatuan dalam Ikhtiar Menjaga Keutuhan Bangsa”. Materi ini disampaikan oleh H. Hacrudin, M.H., Kepala Bakesbangpol Jawa Tengah, yang diwakili oleh Muslichah Setiasih, S.S.IP., M.M., M.Eng., Kepala Bidang Ketahanan Bangsa. Diskusi yang dimoderatori oleh Drs. H. Eman Sulacman, M.H. ini menyoroti pentingnya menjaga keutuhan bangsa melalui penguatan nilai-nilai persatuan di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya, serta peran dari organisasi kemasyarakatan dalam menciptakan lingkungan yang damai dan kondusif.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) MUI Jawa Tengah 2024. Dipimpin oleh Drs. KH. Muhyiddin, M.Ag. dan dimoderatori oleh Dr. H. Multazam Ahmad, M.Ag., Mukerda ini menjadi forum strategis bagi MUI untuk merumuskan langkah-langkah program kerja tahun 2024. Agenda Mukerda mencakup tentang sosialisasi hasil Mukernas TV Tahun 2024, laporan problematika MUI Kabupaten/Kota, penyusunan rencana program kerja, penyusunan rekomendasi strategis, serta Perencanaan Rapat Koordinasi Daerah (RAKORDA) MUI Eks Karesidenan se-Jawa Tengah. Dalam Mukerda ini, para peserta memberikan berbagai masukan terkait penguatan peran MUI dalam masyarakat serta menyusun langkah-langkah strategis untuk mendukung visi moderasi beragama dan mengedepankan program-program yang bersifat inklusif, kolaboratif, dan berbasis pada prinsip moderasi beragama.
Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ketua MUI Purbalingga. Penutupan ini menjadi momen refleksi atas capaian selama dua hari pelaksanaan semiloka. Ketua panitia menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan kegiatan ini. Dengan semangat moderasi, semiloka ini tidak hanya menjadi sebuah acara, tetapi juga sebuah gerakan menuju Indonesia yang lebih damai, toleran, dan bersatu. Ia juga berharap bahwa hasil semiloka ini dapat diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan masyarakat, khususnya di Jawa Tengah.
(Hakim)
